Senin, 07 Februari 2011

Antibiotik

BAB I
 PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P. notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran. Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat.
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba. 
Untuk itu sudah menjadi kewajiban seorang dokter untuk dapat menguasai bagaimana penggunaan antibiotik yang benar tersebut. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan  farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk meoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.

  1. DEFINISI

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sinetis.  Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan antibiotik dalam membunuh bakteri
Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri. Maka dari itu antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dari antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas antibiotik, aktivitas dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat antibiotik tersebut.
Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik spektrum luas dan spektum sempit. Istilah luas mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat membunuh banyak jenis bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit hanya digunakan untuk membunuh bakteri yang spesifik yang telah diketahui secara pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula bakteri flora normal dalam tubuh.
Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi Bactericidal dan Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal membunuh bakteri target dan cenderung lebih efektif serta tidak perlu menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat perlu digunakan pada pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal adalah β-lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host obat bakteriostatik yang khas adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline, dan clindamycin
Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
A.         Penghambatan sintetis dinding bakteri
B.         Penghambat membran sel
C.         Penghambatan sintetis protein di ribosom
D.         Penghambatan sintetis asam nukleat
E.          Penghambatan metabolik (antagonis folat)
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik, farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kegunaan di dalam klinik  Karena perbedaan ini juga maka mekanisme resisistensi dari masing-masing golongan juga mengalami perbedaan. 

B.     RESISTENSI OBAT ANTIBIOTIK
Resistensi obat antibiotik oleh mikroba dapat dibagai menjadi berikut
a.       Mikroba menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat.
Misal : Stapilokokus yang resisten terhadap penicillin menghasilkan β-lactamase yang merusak obat-obat β-lactam
b.      Mikroba merngubah permeabilitas terhadap obat.
c.       Mikroba mengembangkan suatu perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat
Misal : Berubahnya strukutr protein reseptor pada ribosom 30S menyebabkan mikroba resisten terhadap golongan aminoglikan
d.      Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolitk yang dihambat
Misal : Bakteri yang resisten Sulfonamides tidak memerlukan PAB ekstraseluler dimana awalnya bakteri ini sangat membutuhkannya
e.       Mikroba mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat.
Asal resistensi-resistensi di atas dapat bersifat genetik maupun non genetik. Yang non genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk suatu mikroba menjadi inaktif sehingga resisten terhadap obat-obat yang kerjanya pada proses replikasi bakteri. Sedangkan genetik dapat diturunkan dari mikroba satu ke keturunannya melalui mutasi kromosom atau dari satu mikroba ke mikroba lain melalui plasmid.
Resistensi silang saja terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis lain. Misal suatu mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik dapat resisten terhadap jenis yang lain. Reaksi silang ini dapat terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara kimia maupun tidak

C.     GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS DINDING BAKTERI
Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dinding sel. Dinding sel terdapat pada baik bakteri yang gram (+) maupun bakteri gram (-). Dinding ini berfungsi mempertahankan bentuk sel dari perbedaan tekanan osmotic internal dan eksternal yang sangat tinggi. Pada kedua bakteri mempunyai suatu lapisan yang bernama Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi mensintetis dinding bakteri melalui reaksi yang disebut TRANSPEPTIDASI. Lapisan ini lebih tebal pada bekteri gram (+) dan pada gram (-) di antara peptidoglycan dan dinding terdapat lapisan membran lemak sehingga terdapat gambaran membran bilayer.
Preoses penghambatan sintetis dinding bakteri dapat melalui 2 jalur. Jalur pertama berasal dari penghambatan proses transpeptidasi. Semua obat β-lactam dapat menghambat proses ini. Yang termasuk dalam antibiotik β-lactam adalah golongan Penicillin, Cephalosporins, Carbapemems, dan Monobactam. Jalur  berikutnya melalui penghambatan sintetis peptidoglycan. Yang termasuk jalur kedua ini adalah Vancomycin dan Bacitracin.

PENICILLIN

Penicillin yang paling terkenal dan pertama ditemukan adlah penicillin-G yang ditemukan oleh Flamming pada 1929. Senyawa ini dihasilkan dari pembenihan spesies Penisillium notatum. Sifat dari penicillin-G adalah kepekaannya terhadap penghacuran cincin β-lactam oleh senyawa β-lactamase dan tidak aktif secara relative terhadap kebanyakan bakteri gram negatif. Pengembangan terhadap Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin yang lebih stabil terhadap asam dan aktif terhadap bakteri gram (-) maupun gram (+).
  1. Struktur kimia
Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat cincin Beta lactam yang dikelilingi oleh cincin tiazolodin. Beberapa turunan Penicillin didapatkan dengan menambahkan senyawa lain pada gugus R. Struktur penicillin dapat dilihat pada gambar.



Gambar. Struktur dasa Penicillin. Terdapat cincin β-lactam (kiri) yang dikelilingi cincin tiazolid (kanan). 
  1. Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap Penicillin dapat dibagi dalam beberapa mekanisme :
a.       Bakteri-bakteri tertentu seperti Staphylococcus aureus, beberapa Haemophilus influenzae dan gonokokus menghasilkan senyawa β-lactamse yang memecah cincin β-lactam. Kontrol pembentukan β-lactamase dikontrol oleh kromosom dan plasmid. Nafcillin tahan terhap β-lactamase karena cincin β-lactam dilindungi oleh rantai samping R’.
b.      Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan kurangnya permeabilitas terhadap β-lactam.
c.       Organisme yang dormant seperti Mycoplasma L resistant terhadap penicillin karena tidak mensintetis peptidoglycan
Zat-zat penghambat β-lactamase seperti clavulanic acid, sulbactam dan, tazobactam dapat menghambat aktivitas β-lactamase yang dihasilkan bakteri yang resisten. Pemberian tunggal obat ini kurang menunjukkan aktivitas antibakteri. Namun kombinasi obat ini dengan obat-obat β-lactam, misalnya clavulanic acid dan amoxcillin dapat efektif terhadap infeksi saluran pernafasaan oleh H influenza penghasil β-lactamase.
  1. Efek Samping
a.       Hipersensitivitas
b.      Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau >20juta parenteral)
c.       Dyspepsia
d.      Nefrotoksis (Methycillin)
e.       Gangguan pendarahan (Cabenicillin)

CEPHALOSPORIN
Cephalosporin dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Senyawa ini mirip dengan Penicillin namun lebih resisten terhadap β-Lactamase dan cenderung lebih aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).
  1. STRUKTUR KIMIA
Strutur ini mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin β-Lactam tetapi dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R1 dan R2 yang memungkinkan untuk dibuat turunan-turunan cephalosporin dengan aktivitas yang lebih tinggi dan toksisitas yang lebih rendah.



Gambar. Struktur kimia cephalosporin
  1. AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN RESISTENSI
Aktivitas dan cara kerja antimikroba beserta mekanisme resistensi cephalosporin analog dengan penicillin.
  1. CEPHALOSPORIN GENERASI PERTAMA
Yang termasuk obat ini adalah Cefadroxil (Duricef), Cephradrin, Cephalotin (cephalothin; Keflin), Cephalexin, (Keflex), Cephapirin (cephapirin; Cefadryl).
  1. CEPHALOSPORIN GENERASI KEDUA
Contoh dari cephalosporin generasi kedua adalah cefaclor (Keflor, Raniclor), cefamandol, cefmetazole, cefodoxim, cefonicid (monocid), cefoxitin, cefprozil (cefzil), cefotetan, cefuroxime (ceftin).
  1. CEPHALOSPORIN GENERASI KETIGA
Yang termasuk generasi ke 3 cephalosporin adalah cefixime, cefotaxime, Ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, dan moxalaktam.
  1. EFEK SAMPING
Efek samping terhadap cephalosporin yang dapat muncul pada umumnya antara lain adalah :
a.       Alergi
b.      Hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan : diberikan vitamin K 10 mg 2 x seminggu untuk pencegahan
c.       Disulfiram-like effect (penghambatan metabolisme alkohol) sehingga jangan dberikan untuk orang alkoholisme

OBAT β-LACTAM LAINNYA
Yang termasuk kelas β-Lactam yang lain adalah monobactam dan carbapenem.
MONOBACTAM
Obat ini mempunyai cincin β-Lactam monosiklik dan ternyata juga resisten terhadap β-Lactamase serta aktif terhadap beberpa gram (-) seperti pseudomonas dan Serratia. Kelemahan obat ini adalah tidak ada aktivitas terhadap bakteri gram (+) dan bekteri anaerob. Contoh golongan ini adalah Aztreonam (azactam). Kadar dalam serum adalah 100 μg/mL setelah pemberian 1-2 gram setiap 8 jam. Waktu paruh 1-2 jam dan pada gagal ginjal dapat memanjang

CARBAPENEM
Obat ini adalah obat baru dengan cincin β-Lactam. Contohnya adalah Imipenem. Obat ini mempunyai spektrum luas terhadap bakteri gram (+), gram (-), dan anaerob. Obat ini juga punya kelebihan resisten terhadap β-Lactamase. Namun obat ini diinaktifkan di tubulus sehingga konsentrasi dalam urin menjadi rendah. Penetrasi baik di jaringan tubuh dan cairan serebrospinal. Dosis biasanya 0,5-1 gram IV setiap 6 jam (waktu paruh 1 jam).
Kegunaan secara pasti belum ditentukan namun mungkin digunakan atas pengobatan terhadap infeksi yang telah resisten. Sejak Pseudomonas cepat menjadi resisten terhadap imipenem, pemberian kombinasi obat ini dengan aminoglican perlu dilakukan.
Efek samping masih terbatas pada mual, muntah, diare, dan kulit kemerahan serta pada gagal ginjal gejala ini semakin terlihat.

VANCOMYCIN
Vancomycin dan bacitracin merupakan penghambat sintetis dinding sel namun bukan termasuk golongan β-Lactam. Vancomycin dihasilkan oleh Sterptomyces. Obat ini aktif terhadap bakteri gram (+) khususnya staphylococcus.
Mekanisme obat ini adalah penghambatan sintetis peptidoglican di tingkan membrane sel.
Efek Samping Jarang terjadi efek samping. Flebitis pada tempat suntikan dan demam mungkin terjadi. Gejala flushing yang luas dapat juga terjadi (red man syndrome).

BACITRACIN
Bacitracin merupakan campuran polipeptida siklik yang dihasilkan dari Tracy Bacillus subtilis. Aktif terhadap mikroba gram (+). Karena efek toksisnya yang sistemik bacitracin jarang digunakan.
Aktivitas obat ini sama seperti vancomycin yaitu untuk gram (+) khususnya staphylococcus. Obat ini susah diabsorpsi di usus kulit, mukosa, atau yang lain jadi sering digunakan untuk pengobataan topical dengan dosis 500 unit/gram untuk menekan lesi permukaan kulit, pada luka, atau pada mukosa.
Efek sampingnya adalah kerusakan ginjal secara mencolok, menyebabkan proteinuria, hematuria, dan retensi nitrogen sehingga suah tidak digunakan. Reaksi alergi pada penggunakan topikal jarang terjadi.

D.    GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS PROTEIN
Telah dibuktikan secara klinik bahwa Tetracyclin, amonoglycoside, Chloramphenicol, Macrolides, dan Lyncomicin dapat menghambat sintetis protein melalui kerja di ribosom. Sel bakteri secara umumnya mempunyai beberapa tipe ribosom antara lain ribosom 30S, ribosom 50S, dan ribosom 70S. Ribosom 80S yang terdapat manusia, tidak terdapat pada bakteri sehingga golongan obat ini cenderung tidak berpengaruh terhadap sintetis protein dalam jaringan manusia.
Kerja penghambatan di masing-masing ribosom mempunyai mekanisme yang berbeda. Golongan yang beraksi di ribosom 30S dan 70S adalah golongan tetracycline dan amiglycoside. Sedangkan golongan lain beraksi di ribosom 50S. Penghambat sintetis protein terbagi dalam 5 kelompok yaitu : Tetracyclin, Amoniglycoside, Macrolide, Chloramphenicol, dan Lyncomycin.

TETRACYCLINE
Tetracycline yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline yang diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens.
  1. STRUKTUR KIMIA
Semua tetracycline mempunyai struktur yang sama. Obat ini tersedia sebagai hidroklorida yang lebih larut. Larutan tersebut bersifat asam dan mudah berikatan erat dengan ion-ion logam bervalensi 2 dan dapat mengganggu absorpsi dan aktivitas.



Gambar 6. Struktur kimia tetracyclines
  1. RESISTENSI
Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif dan juga tidak adanya transport aktif terhadap tetracycline. Resistensi ini muncul dipengaruhi genetik. Kontrol resistensi oleh plasmid juga dapat resisteni terhadap obat golongan lain. Penggunaan secara luas tetracycline bertanggung jawab terhadap resistensi terhadap obat lain.
  1. EFEK SAMPING
Efek samping yag bisa timbul antara lain :
a.       Efek samping pencernakan seperti mual, muntah dan diare karena engubah flora normal. Hal ini merupakan alasan penghentian dan pengurangan pemberian tetracycline.
b.      Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontra indikasi pemberian pada ibu hamil karena dapat menumpuk di gigi janin yang menyeabkan kekuning-kuningan pada gigi serta penumpukan di tulang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin dan anak umur dibawah 8 tahun.
c.       Hepatotoksis juga dapat diberikan jika diberikan pada dosis besar atau telah terjadi insuficiensi hepar sebelumnya.
d.      Hiperfotosensitif terutama demeclocycline
e.       Reaksi vestibular seperti pusing, vertigo, mual, muntah (minocycline)

AMINOGLYCOSIDE
Aminoglycoside berasal dari berbagai spesies Streptomyces. Sampai saat ini yang masuk kelompok ini adalah Stretomycin, neomycin, gentamycinm dan lain-lain. Semua obat ini menghambat sintetis protein dan punya kelemahan dalam berbagai macam resistensi. Semua aminoglykoside punya potensi ototoksis dan nefrotoksik.
Penggunaan pada umumnya digunakan terhadap bakteri enteric gram (-) terutama pada bakteriemia, sepsis, atau endocarditis.
  1. STRUKUR KIMIA
Aminoglycoside memiliki inti heksosa di samping streptidin atau deoxistreptamin. Dimana gula amino terikat dengan ikatan glikosida. Aminoglycoside larut dalam air, stabil dalam larutan dan lebih aktif dalam keadaan pH alkali daripada asam.



Gambar Struktur kimia Aminoglycoside secara umum
  1. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja aminoglycoside adalah pernghambatan irreversible sintetis protein. Diawali dengan proses tranpot aktif yang bergantung pada oksigen sehingga tidak efektif terhadap kuman anaerob. Proses selanjutnya adalah berikatan dengan subunit 30S ribosom. Proses sintetis dihambat degan cara mengganggu “komplek awal” pembentukan peptide, menginduksi kesalahan baca mRNA, serta pemecahan polisom menjadi monosom yang tidak berfungsi
  1. RESISTENSI
Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui
    1. Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside dengan adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.
    2. Perubahan permeabilitas
    3. Perubahan reseptor di ribosom
STREPTOMYCIN
Streptomycin dihasilkan dari Streptomyces grieus. Turunannya adalah dihidrostreptomycin. Aktivitas antibakteri dan resistensi masih sama dengan jenis yang lain. Streptomycin efektif untuk mikobakteria dan beberapa spesies lain (infeksi pes, tularemia, dan bruselosis dengan dosis 1 gram/hari ) serta pengobatan kombinasi untuk memperkuat efektifitas antibakteri yang lain. Efek Samping yang bias timbul adalah alergi dan gangguan vestibular-vertigo dan keseimbangan

GENTAMICIN DAN TOBRAMYCIN
Baik gentamycin dan tobramycin efektif terhadap gram (+) dan gram negatif. Spktrum aktivitas kedua obat ini sama dengan menghambat banyak strain stafilokokus, koliform, dan bakteri gram (-) lainnya. Kombinasi yang efektif adalah dengan dengan karbenisilin atau tikarsilin untuk pengobatan pseudomonas, proteus, enterobacter, dan klebsiella. Namun banyak sterptokokus resisten terhadap gentamycin.

KANAMYCIN & NEOMYCIN
Kedua obat ini juga berhubungan erat karena mempunyai resistensi silang yang lengkap. Neomycin susah diasorpsi secara oral, ekskresi terutama di glomerulus. Penggunaan secara perenteral obat ini telah lama dihindari karena efek nefrotoksis dan ototoksis yang jelas setelah pemberian. Peggunaan paling sering adalah untuk topical atau suntikan ke dalam sendi, rongga pleura, atau rongga abses dimana ada infeksi. Penggunaan peroral masih digunakan untuk mengurangi flora usus sebelum pembedaha.

AMIKACIN
Amikacin merupakan turunan dari kanamycin yang kurang toksis namun lebih resisten terhadap enzim penginaktif gentamycin sehingga digunakan terapi kedua setelah gentamycin. Penggunaan amikacin efektif untuk banyak bakteri Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia.

NETILMYCIN
Keuntungan Netilmycin adalah obat ini cenderung lebih tahan terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh bakteri yang resisten terhadap gentamycin dan tobramycin. Indikasi terutama pada infeksi iatrofenik serta infeksi yang beresiko untuk terjadi sepsis.

MACROLIDES
Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin makrolide. Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin. Penggunaan macrolide terbatas pada infeksi korinebakterium, klamidia, mycoplasma dan legionella. Contoh macrolide adalah Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin, dan Spiramycin

ERYTHROMYCIN
Erythromycin merupakan obat macrolide yang dihasilkan dari Streptomyces erythreus. Aktvitas dapat hilang pada suhu 200C dan pH asam. Sediaan pada umumnya berupa garam. Erythromycin masih efektif terhadap organisme gram positif, terutama pneumokokus, streptokokus,, dan korinebakterium. Organisme lain seperti mycoplasma, Clamydia trachomatis, dan Helicobacterium juga peka. Resistensi dijumpai pada beberapa pneumokokus dan streptokokus dengan perubahan pada reseptor. Dikontrol dengan genetik dan plasmid
Karena tidak tahan asam, erythromycin basa dirusak di dalam lambung dan pemberian peroral harus diberikan dalam bentuk enteric coating atau dalam bentuk stearat ester. Dosis peroral 2 g/hari mencapai kadar serum 2 μg/mL. Sejumlah besar hilang dalam feses. Distribusi tidak dapat menembus sawar otak. Obat ini menembus plasenta dan mencapai janin. Ekskresi dilakukan dalam empedu
Erythromycin digunakan dalam infeksi Corynebacterium (difteri, sepsis, eritrasma), Infeksi klamedia pada saluran pernafasan, neonantus, mata, atau genialia, Pneumonia oleh Mycoplasma dan Legionella. Dosis oral diberikan 0,25-0,5 gram tiap 6 jam. Efek samping yang bisa muncul berupa anoreksia, mual, muntah, dan sifat toksis terhadap hepar.

SPIRAMYCIN
Spiramycim punya spectrum yang sama dengan erythromycin namun lebih lemah. Keutungannya adalah daya penetrasi yang kuat di jaringan mulut, tenggorokan dan saluran nafas sehingga sering digunakan untuk ISPA yang sukar dicapai dengan antibiotik lain.

CHLORAMPHENICOL
Chloramphenicol berasal dari isolasi Stretomyces venezuelae. Sifat kristal chloramphenicol sangat larut dalam alcohol dan sukar larut dalam air. Namun Chloramphenicol suksinat sangat larut dalam air.
Obat ini mempunyai efek kuat penghambat sintetis protein mikroba. Obat ini bersifat bakteriostatik untuk kebanyakan bakteri, namun tidak efektif untuk klamidia. Mekanisme resistensi muncul dengan berkurangnya permeabilitas terhadap chloramphenicol dan munculnya senyawa cholramphenicol acetyltransferase yang dapat menginaktifasikan obat ini.
Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain :
a.       Salmonella simtomatik
b.      Infeksi serius H influenza seperti meningitis,
c.       Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada SSP
d.      Infeksi anaerobik pada SSP
Pemberian diberikan secara oral (2 gram/hari) maupun parenteral (chloramphenicol suksinat 25-5 mg/kg/hari). Obat ini dapat mencapai SSP dengan kadar yang sama dengan di dalam serum. Obat ini mudah diinaktifasikan di dalam hati. Ekskresi terutama di tubulus ginjal dab sebagian kecil di empedu. Dosis tidak perlu dikurangi pada gagal ginjal namun sangat dikurangi pada gagal hati.

CLINDAMYCIN/LYNCOMYCIN
Clindamycin merupakan turunan dari lyncomycin. Keduanya mempunyai aktivitas yang menyerupai erythromycin namun clindamycin lebih kuat dalam mengatasi infeksi banyak bakteri kokus gram (+), kecuali enterokokus, Haemopgilusm Niseria, dan Mycoplasma yang resisten.
Pemberian secara oral 0,15-0,3 gram tiap 6 jam sedangka untuk IV diberikan 600 mg tiap 8 jam. Obat ini tidak dapat mencapai SSP. Ekskresi terutama di dalam hati, empedu dan urin.
Indikasi yang penting adalah untuk mengobati infeksi anaerob berat oleh Bacterioid dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan lainnya sering kali digunakan pada infeksi yang berasal dari saluran genital wanita seperti sepsis karena keguguran atau abses pelvis.

E.     GOLONGAN INHIBITOR FUNGSI DAN SINTETIS ASAM NUKLEID
Obat-obat penghambat sintetis DNA terdiri dari 3 golongan mekanisme, yaitu penghambat replikai DNA, penghambat polymerase rNA, dan penghambat metabolisme nukleotid. Obat golongan inhibitor replikasi DNA bekerja dengan mem-blok aksi gyrase dan DNA topoisomerase. Sedangkan golongan inhibitor polymerase menghambat dengan cara berikatan kuat dengan rNA polymerase. Golongan inhibotor metabolik nukleid seperti Acyclovir menghambat sintetis DNA dengan cara konversi senyawa ini menjadi tiphosphate dan menghambat thymidine kinase dan polymerase DNA sehingga ada penambahan DATP ke dalam DNA dan kekurangan tymine untuk replikasi DNA
Golongan rifamycin menghambat dengan cara melekat pada enzim polymerase rNA sehingga DNA yang telah bertrankripsi tidak bisa diubah menjadi mRNA. Golongan terakhir menghambat DNA girase sehinga tidak terjadi proses trankripsi pembelahan DNA.

QUINOLONE
Quinolone merupakan turunan obat dari nalidixic acid. Obat-obat pendahulu quinolone ini mempunyai spektrum yang lebih kecil dan biasanya digunakan untuk antiseptik saluran kemih. Turunan terbaru yang mempunyai aktivitas antimikroba lebih baik terbagi menjadi beberapa generasi, antara lain :
Pemberian quinolone diberikan secara oral dan ekskresi terutama di ginjal. Quinolone sering digunakan dalam infeksi saluran kemih walaupun disebabkan karena infeksi bakteri yang kebal terhadap bermacam-macam obat. Norfloxacin 400 mg atau ciprofloxacin 500 mg diberikan peroral 2 kali sehari. Selain itu juga dapat diberikan untuk diare infeksi, infeksi tulang, sendi, intra abdominal, serta pada infeksi mikobakterium

METRONIDAZOLE
Metronidazole sering digunakan sebagai obat antiprotozoa untuk pengobatan tricomoniasis, giardia lambia, B coli, serta infeksi amubiasis lainnya. Namun selain itu metronidazole mempunyai efek antibakteri trhadap banyak kuman anaerob. Metronidazole diberikan secara oral dan kemudian tersebar di jaringan tubuh sampai ke serebrospinal. Ekskresi terutama di urin. Untuk pengobatan infeksi anaerob, metronidazole sering digunakan untuk menurunkfan infeksi pasca operasi apendektomi, bedah kolon, dll. Beberapa infeksi seperti B fragilis, klstridia kadang-kadang masih menunjukkan respon.

RIFAMYCIN
Rifamycin masih terbukti aktif terhadap beberapa kokus gram (+) dan (-), serta beberapa bakteri enteric, mikobakterium, klamidia, dan poxvirus. Sayangnya banyak laporan mengenai resistensi bakteri yang cepat terhadap pengobatan tunggal rifamycin sehingga tidak boleh diberikan sendiri. Rifamycin diabsopsi baik secara peroral, dan diekskresikan melalui hati ke dalam empedu.
Rifamycin diberikan dengan dosis 600 mg/hari dapat diberikan untuk pengobatan TB bersamaan dengan pemberian INH, etambutol, dll. Efek sampingnya menimbulkan warna oranye pada urinm keringat, air mata yang sebenarnya tidak berbahaya.

F.      GOLONGAN PENGHAMBAT MEMBRAN SEL

Yang termasuk golongan obat ini adalah polymyxin, polyenes, imidazole, dll. Kerja golongan ini adalah mengganggu intregitas fungisonal membran sitoplasma sehingga terjadi kematian pada bakteri. Polymyxin bekerja pada membran bakteri gram (-) yang kaya fosfatidil dan bekerja seperti detergen. Polyenes juga bekerja hampir sama namun melekat pada jamur karena jamur mengandung ergosterol sehingga akan terbentuk sebuah pori. Mekanisme lain ditunjukkan oleh imidazole dengan cara penghambatan sintetis ergosterol.

POLYMYXIN
Polymyxin merupakan golongan polipeptida basa dan aktif terhadap bakteri gram (-). Obat ini mempunyai efek nefrotoksis yang hebat sehingga banyak ditinggalkan kecuali polymyxin B dan E.
Polymyxin bekerja sebagai bakterisidal dan tidak dapat diabsorpsi di dalam usus sehingga diberikan secara parenteral. Walaupun begitu konsentrasi di dalam darah dan jaringan cenderung rendah karena diikat erat oleh sel-sel mati. Ekskresi terutama di ginjal.
Penggunaan polymyxin sekarang dibatasi pada penggunaa topical. Lerutan polymyxin B 1-10 mg/mL diberikan pada permukaan yang terinfeksi, atau disuntikkan ke dalam pleura ataupun sendi. Efek samping yang ditakutkan pada pemberian sistemik adalah efek nefrotoksisnya.

G.     GOLONGAN INHIBITOR METABOLISME
Golongan ni mempunyai efek kerja seperti pada golongan penghambat sintetis DNA, yaitu penghambatan dalam proses pembentukan purin. Yang termasuk golongan ini adalah sulfonamide dan trimetropim. Suatu kombinasi antara golongan sulfonamide – thrimethropim dapat mengoptimalkan kerja golongan ini dengan contoh co-tromoxazole.

SULFONAMIDE
Sulfonamide secara struktural analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Obat ini bekerja secara bakteriostatik. Cara kerjanya adalah pengubahan sulfonamide oleh enzim dihidrofolat sintase menjadi analog asam folat yang tidak berfungsi. Normalnya enzim inilah yang bertugas mengubah PABA menjadi asasm dihidrofolat. Jadi sulfonamide hanya efektif terhadap bakteri-bakteri yang tidak dapat membuat PABA atau membutuhkan PABA ekstrasel. Resistensi muncul apabila bakteri tersebut bermutasi memproduksi PABA yang berlebihan, perubahan struktur enzim.
Sulfonamide kebanyakan diberikan secara peroral dan dapat didistribusikan ke semua jaringan termasuk ke cairan serebrospinal. Ekskresi terutama dilakukan oleh glomerulus ginjal dengan kadar dalam urin bias mencapai 10-20 kali konsentrasi dalam darah.
Penggunaan sulfonamide sering digunakan secara peroral untuk infeksi saluran kemih yang belum diobati sebelumnya, infeks clamidia pada mata dan saluran genital. Infeksi bakteri seperti streptokokus B-hemolitikum, meningokokus dulu digunakan namun sekarang sudah banyak terjadi resisten.
Efek samping yang dilaporkan adalah pengendapan sulfonamide di saluran kemih sehingga dapat menyebabkan obstruksi. Efek ini dapat dicegah dengan pemberian sulfonamide paling larut. Efek lainnya adalah gangguan hematopoetik berupa anemia (heolitik atau aplastik) granulositopenia, trombositopenia, dan reaksi leukomoid.

THRIMETHROPIM
Thrimethropim bekerja dengan cara penghambatan kerja enzim asam dihidrofolat reduktase yang bertugas mengubah asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Absorpsi baik melalui usus dan distribusi luas seperti sulfonamide. Sifatnya lebih larut dalam lipid.
Pengobatan dengan thrimethropim tunggal dapat diberikan untuk infeksi saluran kemih akut. Selain itu karena thrimethropim dapat terakumulasi pada cairan prostate dan cairan vagina, thrimethropim sering digunakan pada infeksi prostate dan vagina.
Efek samping serupa dengan sulfonamide berupa gangguan hematopoetik seperti anemia megaloblastik, leukopenia, dan granulositopenia.

CO-TRIMOXAZOLE
Gabungan kombinasi antara sulfonamide dan thrimethripim ini sering kali digunakan. Karena thrimethropim punya kelarutan lipid yang besar, perbandingan thrimethropi : sulfonamide = 1 : 5 untuk tiap co-trimoxazole.
Penggunaan obat ini biasanya berupa pengobatan pilihan untuk infeksi pneumonia oleh P carinii, entriris karena Shigella dan infeksi salmonella sistemik setelah resisten terhadap Ampicillin dan khoramphenicol. Penggunaan lain adalah pengobatan infeksi saluran kemih dan prostate

BAB III
KESIMPULAN

  1. Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat dan membunuh bakteri
  2. Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh yaitu bakteriosid dan bakteriostatik
  3. Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja yaitu : Penghambatan sintetis dinding bakteri, Penghambat membran sel, Penghambatan sintetis protein di ribosom, Penghambatan sintetis asam nukleat, dan Penghambatan metabolik (antagonis folat)
  4. Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa mekanisme seperti : dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas obat; pengubahan permeabilitas terhadap obat; adanya perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat; adanya perubahan jalur metabolitk yang dihambat; adanya perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar